PAM Jaya Geber Pembangunan 86 Ribu Sambungan Pipa di 2024

Direktur Utama PAM Jaya, Arief Nasrudin, mengatakan di Jakarta sendiri akses air bersih baru mencapai sekitar 68% masyarakat Jakarta dan bahkan untuk akses air minum masih jauh dari itu. Hal ini yang memicu munculnya kebutuhan pembelian air gerobakan itu.

Namun menurutnya, harga air bersih di para pedagang gerobakan ini terbilang mahal ketimbang menggunakan suplai dari PAM. Bahkan berdasarkan perhitungannya, tarif menggunakan air PAM hanya sekitar 10% dari harga air gerobakan tersebut.

"Menjual air itu bisa rata-rata pemakaian itu Rp 600 ribu sampai Rp 1 jutaan (per bulan per rumah). Kalau nanti cuma pakai air PAM, di kelompok kami yang terbawah itu hanya Rp 1 per liter atau Rp 1.000 per cubic," kata Arief dalam acara Anugerah Ekonomi Hijau detikcom di Menara Bank Mega, Jakarta Selatan, Selasa (30/7/2024).

"Artinya, kalau mereka kebutuhan rata-rata yang sudah ditentukan oleh Permendagri yaitu hanya 10 kubik. Rata-rata (tarif air PAM) akan sekitar Rp 60 ribu, Rp 40-60 ribu sebulan," sambungnya.

Karena itulah, pihaknya menargetkan bisa membangun sekitar 86.000 sambungan pada tahun 2024 di Jakarta. Lalu dalam jangka panjang harapannya bisa menambah 1 juta sambungan baru dan menembus 7.000 km sambungan pipa air bawah tanah. Hal ini menjadi bagian dari rencana besar PAM Jaya hingga tahun 2030 untuk mewujudkan akses air bersih 100% ke seluruh penjuru Jakarta.

Apabila hal ini diwujudkan, Arief optimistis pertumbuhan ekonomi juga akan ikut terdorong. Hal ini mengingat besarnya selisih antara Harga air PAM dan air gerobakan, di mana sisa selisihnya bisa ditabung masyarakat atau dipergunakan untuk kebutuhan belanja lainnya.

Meski demikian, ia memahami banyaknya tantangan dan anomali di lapangan dalam mewujudkan akses air bersih 100% ke seluruh masyarakat Jakarta. Hal ini membuat eksekusinya pun membutuhkan Waktu lebih lama.

Arief berharap, di masa pemerintahan berikutnya akan muncul terobosan-terobosan terhadap regulasi, khususnya dalam bentuk simplifikasi terhadap proses birokrasi untuk hal-hal yang berkaitan dengan kemaslahatan masyarakat. Dengan demikian, target-target pembangunan di atas bisa segera diwujudkan.

"Fokus kami masih kepada memastikan masyarakat Jakarta bisa menikmati air bersih dalam waktu yang sangat singkat sampai 2030. Karena ketika itu sampai Jakarta, nggak lagi ada yang dorong-dorong (jual air bersih) pakai gerobak." pungkasnya. (shc/rrd)