Intip Gerak Saham TINS-MBMA Cs saat Harga Tembaga hingga Nikel Menguat

IDXChannel – Saham emiten logam dasar cenderung menguat hingga penutupan sesi I perdagangan Senin (7/10/2024) seiring kenaikan harga tembaga hingga nikel.

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham PT Timah Tbk (TINS) memimpin kenaikan, yakni sebesar 4,20 persen, melanjutkan penguatan 1,71 persen pada Jumat (4/10) pekan lalu.

Baca Juga:

Penjualan Turun, Rugi Sepatu Bata (BATA) Bengkak 293 Persen 

Dalam sepekan, saham TINS naik 7,36 persen, sedangkan dalam sebulan melesat 24,00 persen.

Saham PT Merdeka Battery Materials Tbk (MDKA) ikut menghijau, yaitu sebesar 1,79 persen, sedangkan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mendaki 1,16 persen dan PT Central Omega Resources Tbk (DKFT) tumbuh 0,77 persen.

Baca Juga:

IHSG Sesi I Naik Tipis, Sektor Teknologi Pimpin Penguatan

Saham ANTM juga terangkat 0,66 persen, MDKA 0,37 persen, hingga AMMN 1,41 persen.

Mengutip Dow Jones Newswires, Senin (7/10), harga tembaga naik pada sesi pagi di Asia.

Baca Juga:

Saham Bukalapak (BUKA) Melonjak 25 Persen, Imbas Kabar Ini?

Menurut catatan dari analis ANZ Research, paket stimulus ekonomi terbaru dari China meningkatkan prospek peningkatan permintaan yang berkelanjutan untuk logam dasar.

Namun, mereka menambahkan, kenaikan harga logam dasar yang lebih stabil kemungkinan masih bergantung pada rincian lebih lanjut dari langkah-langkah stimulus fiskal China.

Kontrak tembaga di London Metal Exchange (LME) untuk pengiriman tiga bulan naik 0,3 persen menjadi USD9.977,50 per ton.

Harga tembaga sudah meningkat 11,16 persen dalam sebulan belakangan.

Analis ANZ mengatakan, prospek pemangkasan suku bunga lebih lanjut juga mendukung sentimen pasar komoditas.

Di Amerika Serikat (AS), Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell mengatakan, bank sentral akan terus melonggarkan kebijakan moneter jika ekonomi berkembang sesuai harapan.

Sementara, kontrak berjangka nikel di pasar LME menguat 0,46 persen secara harian ke USD17.773 per ton pada Jumat (4/10) pekan lalu.

Dalam sepekan, nikel naik 3,32 persen, sedangkan dalam sebulan melesat lebih dari 12 persen seiring dengan penguatan logam dasar yang didorong oleh stimulus paling agresif China.

Bank sentral China (PBOC) mengumumkan rencana untuk menurunkan biaya pinjaman, menyuntikkan lebih banyak dana ke dalam ekonomi, serta meringankan beban pembayaran hipotek (KPR), termasuk mengurangi biaya pinjaman jangka menengah bagi bank.

Stimulus agresif dari China, sebagai salah satu konsumen utama logam dunia, berpotensi memberikan dorongan signifikan terhadap permintaan nikel.

Dengan menurunkan biaya pinjaman dan menyuntikkan likuiditas ke dalam perekonomian, China berharap meningkatkan aktivitas ekonomi, termasuk sektor industri yang padat penggunaan logam seperti nikel.

Ini dapat mendorong peningkatan produksi barang-barang berbasis nikel, seperti baja tahan karat dan baterai untuk kendaraan listrik, sehingga permintaan nikel akan terus naik.

Futures timah di LME juga terapresiasi 0,28 persen pada Jumat pekan lalu. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.