Proyeksi Harga CPO 2025 di Tengah Kebijakan Biodiesel

avatar
· 阅读量 36
Proyeksi Harga CPO 2025 di Tengah Kebijakan Biodiesel
Proyeksi Harga CPO 2025 di Tengah Kebijakan Biodiesel. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Harga minyak kelapa sawit (CPO) diperkirakan akan tetap tinggi hingga pertengahan 2025, dengan kemungkinan mencapai MYR4.400 hingga MYR4.800 per ton pada paruh pertama tahun depan.

Sementara, selama 2024, harga CPO di Bursa Malaysia Derivatives meningkat 22,49 persen secara year to date (YtD) ke level MYR4.558 per ton per 24 Desember 2024.

Baca Juga:
Proyeksi Harga CPO 2025 di Tengah Kebijakan Biodiesel Ambruknya Raksasa Tekstil RI Sritex (SRIL) Dihantam Utang

Menurut RHB Sekuritas dalam riset pada 20 Desember 2024, pergerakan harga CPO tahun ini dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Salah satunya adalah kenaikan harga minyak mentah yang dipicu oleh ketegangan geopolitik, serta masalah cuaca di Amerika Selatan yang memperlambat penanaman kedelai pada awal musim tanam.

Baca Juga:
Proyeksi Harga CPO 2025 di Tengah Kebijakan Biodiesel Harga Minyak Dunia Lesu di 2024, Bagaimana dengan Prospek di 2025?

Meskipun kondisi ini sudah membaik, yang mendorong harga minyak kedelai naik, larangan ekspor minyak sawit oleh Pemerintah Thailand hingga akhir tahun juga berpengaruh pada sentimen pasar, meski Thailand bukan penghasil besar minyak sawit.

Selain itu, kata analis RHB, kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden (pilpres) Amerika Serikat (AS) turut memberikan dampak signifikan terhadap harga minyak nabati.

Baca Juga:
Proyeksi Harga CPO 2025 di Tengah Kebijakan Biodiesel Harga Emas Melesat 27 Persen selama 2024, Intip Proyeksi 2025

Dalam pemilu AS 2016 yang lalu, harga kedelai dan minyak sawit melonjak 17 persen dan 28 persen beberapa bulan menjelang pemilu, serta 10-11 persen pasca-pemilu, akibat kekhawatiran akan kebijakan tarif tinggi terhadap impor dari China.

Jika situasi serupa terjadi pada masa pemerintahan Trump 2.0, meski dampaknya mungkin sedikit berkurang, minyak sawit tetap berpotensi mendapat keuntungan.

Hal itu karena China yang sebelumnya bergeser dari ketergantungan pada minyak kedelai AS ke minyak sawit, yang mengakibatkan peningkatan impor minyak sawit dari 2018 hingga 2020.

Namun, meski pasar rentan terhadap spekulasi, RHB Sekuritas memprediksi harga CPO tidak akan turun di bawah MYR4.000 per ton dalam waktu dekat, seiring dengan tetap tingginya risiko geopolitik yang menjaga harga minyak mentah dan mendorong aktifnya spekulasi di pasar.

Kebijakan Trump 2.0 yang masih belum pasti juga diperkirakan akan menjaga volatilitas harga.

Proyeksi 2025

Melihat lebih jauh ke depan, RHB Sekuritas optimistis dengan prospek harga minyak kelapa sawit pada 2025, berkat faktor-faktor fundamental yang mendukung.

Produksi yang rendah di Indonesia (YTD-September: -4,6 persen YoY), peningkatan mandat biodiesel di Indonesia, serta terbatasnya pasokan minyak bunga matahari dan rapeseed di 2025, diperkirakan akan menciptakan defisit yang lebih nyata dalam pasokan minyak nabati global.

 Ini akan mendorong harga minyak nabati, dengan rasio stok/penggunaan untuk 17 jenis minyak nabati diperkirakan turun ke level terendah dalam 15 tahun sebesar 12,4 persen pada 2025, dibandingkan dengan rata-rata historis 13,6 persen.

RHB Sekuritas memperkirakan harga CPO untuk 2024 akan mencapai MYR4.100 per ton (sebelumnya MYR3.900), untuk 2025 menjadi MYR4.300 per ton (dari MYR3.800), dan untuk 2026 MYR4.100 per ton (dari MYR3.800).

Secara keseluruhan, harga diperkirakan tetap tinggi pada paruh pertama 2025, sebelum moderat pada paruh kedua tahun tersebut, dengan rentang harga MYR4.000-4.400 per ton saat puncak musim panen.

Sementara, Menurut OCBC Sekuritas, lonjakan harga CPO yang berlanjut pada 2025 akan didorong oleh implementasi kebijakan B40 pada Januari 2025, yang diperkirakan akan memperkuat permintaan minyak kelapa sawit dan mempertahankan harga di level tinggi.

Di sisi lain, Ciptadana Sekuritas memperkirakan harga CPO global akan stabil di rata-rata RM4.500 per ton pada 2025, setelah mengalami penurunan menjadi RM4.100 per ton pada 2024.

Hal ini diperkirakan dipicu oleh faktor-faktor seperti penurunan produksi CPO di awal 2025 akibat musiman, serta peningkatan permintaan menjelang dua festival besar di kuartal I-2025, yaitu Tahun Baru Imlek dan Idul Fitri, serta dimulainya implementasi B40.

Prediksi lainnya disampaikan oleh Dewan Negara Penghasil Minyak Sawit (CPOPC) dalam laporan yang dikutip New Straits Times (NST), yang memproyeksikan, harga CPO mengalami lonjakan di tahun 2025, dengan rentang harga antara MYR4.000 hingga MYR.000 per ton (USD899 hingga USD1.124), didorong oleh stagnasi produksi di pasar utama, terutama Indonesia dan Malaysia.

Menurut Wakil Sekretaris Jenderal CPOPC, Nageeb Wahab, dalam wawancara dengan Bernama pada 6 Desember, permintaan global yang terus meningkat akan bertemu dengan produksi yang stagnan, yang kemungkinan besar akan menyebabkan kekurangan pasokan dan mendorong harga lebih tinggi.

Namun, harga saat ini yang berada di sekitar RM5.000 per ton, sebagian besar dipengaruhi oleh banjir yang melanda Malaysia, yang memperkuat sentimen pasar yang optimis.

Selain itu, stagnasi produksi akibat kebun kelapa sawit yang sudah tua, cuaca yang tidak menentu, dan terbatasnya ekspansi lahan perkebunan baru, diperkirakan akan semakin menekan pasokan global dan mendorong harga CPO lebih tinggi.

Kemudian, menurut MARC Ratings, pada 2025, harga CPO diprediksi akan naik rata-rata menjadi MYR4.600 per ton, dari perkiraan rata-rata MYR4.200 per ton pada tahun ini.

MARC Ratings, dalam laporan terbarunya, mencatat bahwa penurunan ekspor dari Indonesia, produsen minyak sawit terbesar dunia, serta keterbatasan pasokan global dan kondisi cuaca yang buruk di Malaysia, terus mempertahankan harga CPO di level tinggi sepanjang tahun ini.

Permintaan untuk minyak sawit, khususnya dalam produksi biodiesel, tetap kuat, didukung oleh kebijakan pemerintah Indonesia yang menetapkan kadar campuran biodiesel akan meningkat dari 35 persen (B35) menjadi 40 persen (B40) pada 2025, dan direncanakan naik lagi menjadi 50 persen (B50) pada masa mendatang.

MARC juga mencatat bahwa banjir di beberapa negara bagian penghasil utama di Malaysia yang mengganggu produksi minyak sawit, diperkirakan akan berlanjut hingga kuartal I-2025.

Produksi biasanya mencapai puncaknya pada September atau Oktober, namun akan menurun pada kuartal pertama tahun berikutnya.

Kondisi cuaca diperkirakan akan kembali normal pada paruh kedua 2025, namun dampak positif penuh terhadap produksi kemungkinan baru akan terlihat pada 2026.

Di sisi permintaan, kebijakan mandatori biodiesel, konsumsi minyak nabati yang terus meningkat, serta faktor-faktor geopolitik yang memengaruhi pasokan minyak nabati pengganti, seperti minyak kedelai dan minyak bunga matahari, diperkirakan akan terus mendukung harga CPO.

Sementara itu, persaingan dengan minyak nabati pengganti seperti minyak kedelai dan bunga matahari diperkirakan akan terbatas karena adanya kendala pasokan yang dapat mendorong harga minyak nabati tersebut lebih tinggi.

Selain itu, konflik Rusia-Ukraina yang masih berlangsung terus mengganggu pasokan minyak bunga matahari global, menjaga persediaan tetap ketat. Produksi minyak bunga matahari diperkirakan akan turun menjadi sekitar 20 juta ton pada 2025, dari 22,1 juta ton pada 2024. (Aldo Fernando)

风险提示:以上内容仅代表作者或嘉宾的观点,不代表 FOLLOWME 的任何观点及立场,且不代表 FOLLOWME 同意其说法或描述,也不构成任何投资建议。对于访问者根据 FOLLOWME 社区提供的信息所做出的一切行为,除非另有明确的书面承诺文件,否则本社区不承担任何形式的责任。

FOLLOWME 交易社区网址: www.followme.ceo

喜欢的话,赞赏支持一下
avatar
回复 0

加载失败()

  • tradingContest