
IDXChannel - Kondisi likuiditas sektor perbankan Indonesia masih dirasa ketat meskipun Bank Indonesia (BI) baru-baru ini menurunkan imbal hasil Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) menjadi 6,955 persen.
Berdasarkan penjelasan Verdhana Sekuritas dalam riset pada 20 Januari 2025, penurunan tersebut belum cukup signifikan untuk meringankan tekanan likuiditas di sektor perbankan, terutama di bank-bank besar yang memiliki konsentrasi likuiditas yang tinggi.

“Menurut kami, secara umum, likuiditas dalam sistem perbankan masih terbatas, terutama jika mempertimbangkan konsentrasi likuiditas di bank-bank besar,” kata analis Verdhana Sekuritas.
Rasio pinjaman terhadap simpanan (Loan to Deposit Ratio atau LDR) sistem perbankan Indonesia tercatat sekitar 88 persen, sementara bank-bank kelas menengah memiliki rasio LDR yang lebih tinggi, sekitar 91 persen.

Dalam situasi ini, Verdhana Sekuritas menyarankan agar BI mempertimbangkan pengurangan cadangan wajib minimum (GWM) untuk simpanan rupiah, dari 9 persen menjadi 3-5 persen.
Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan jumlah uang yang beredar di sistem perbankan, menurunkan biaya pendanaan bank, serta membantu menurunkan suku bunga kredit. Setiap pengurangan 1 persen pada GWM diperkirakan dapat menambah likuiditas hingga Rp90 triliun.

Meski ada tantangan likuiditas yang ketat, prospek keuntungan bank-bank besar Indonesia di 2025 diprediksi lebih baik dibandingkan 2024.
Dengan proyeksi pertumbuhan kredit yang lebih lambat, ketatnya likuiditas tidak diperkirakan memperburuk kinerja bank-bank besar tersebut, dan stabilitas margin bunga bersih (NIM) diperkirakan tetap terjaga.
“Secara khusus, kami berpendapat bahwa dengan pedoman dari bank-bank besar yang mengindikasikan pertumbuhan pinjaman yang lebih lambat pada 2025 dibandingkan 2024, likuiditas sistem perbankan yang ketat seharusnya tidak akan memburuk,” ujar analis Verdhana.
Dalam catatan terbaru Verdhana, broker tersebut menganalisis tren rasio penghapusbukuan atau penghapusan pinjaman (write-off) bulanan dari bank-bank besar sebagai indikator kualitas aset di masa depan.
Tingginya tingkat write-off dapat menyebabkan biaya kredit yang lebih tinggi, dan sebaliknya. Berdasarkan hasil evaluasi untuk bank pada November 2024, Verdhana melihat tren penghapusan pinjaman yang bervariasi.
Secara umum, BBCA, BMRI, dan BRI menunjukkan perbaikan, sementara BBRI stabil meski masih tinggi di sekitar 3,3 persen.
Hal ini menunjukkan, biaya kredit ke depan bisa lebih stabil, yang berpotensi meningkatkan prediktabilitas pendapatan bank.
Verdhana mempertahankan pandangan positif jangka panjang terhadap sektor perbankan Indonesia, dengan preferensi pada bank-bank besar, dengan BBCA sebagai pilihan utama di sektor ini.
Saham Pilihan
Menurut Verdhana Sekuritas, beberapa bank besar Indonesia diprediksi mencatatkan kinerja positif pada 2025. BBCA misalnya, diperkirakan mencapai target harga saham Rp13.200 per saham dengan rasio nilai buku per saham (Price to Book atau P/B) pada 5,4 kali dan rasio harga terhadap laba (Price to Earnings atau P/E) pada 26,9 kali di 2025.
Risiko utama yang dapat mempengaruhi kinerja saham BBCA antara lain tren ekonomi yang memburuk, kompetisi likuiditas yang semakin ketat, serta kemungkinan kenaikan biaya kredit dan operasional.
Kemudian, BMRI diperkirakan mencapai target harga saham Rp8.700, dengan rasio P/B 2,5 kali dan P/E 12,6 kali pada 2025. Risiko yang dihadapi BMRI mencakup ketidakpastian tren ekonomi, potensi intervensi pemerintah, serta kompetisi likuiditas yang semakin ketat.
Sementara itu, BBRI diperkirakan mencapai target harga saham Rp5.400, dengan rasio P/B 2,5 kali dan P/E 13,1 kali pada 2025.
Risiko yang dapat mempengaruhi BBRI antara lain perubahan regulasi yang tidak menguntungkan serta ketatnya persaingan likuiditas, yang dapat meningkatkan biaya pendanaan dan biaya kredit.
BBNI diperkirakan mencapai target harga Rp6.600, dengan rasio P/B 1,4 kali dan P/E 10,7 kali pada 2025. Risiko yang dapat mempengaruhi BBNI meliputi tren ekonomi yang memburuk, perubahan regulasi, dan kompetisi likuiditas yang lebih ketat.
Selain empat bank besar di atas, BRIS diperkirakan mencatatkan target harga saham Rp3.800, dengan rasio P/B 3,3 kali dan P/E 22,0 kali pada 2025. Risiko utama bagi BRIS adalah perubahan manajemen hingga tingginya biaya operasional. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.
作者:03/02/2025 15:33 WIB,文章来源Idxchannel,版权归原作者所有,如有侵权请联系本人删除。
风险提示:以上内容仅代表作者或嘉宾的观点,不代表 FOLLOWME 的任何观点及立场,且不代表 FOLLOWME 同意其说法或描述,也不构成任何投资建议。对于访问者根据 FOLLOWME 社区提供的信息所做出的一切行为,除非另有明确的书面承诺文件,否则本社区不承担任何形式的责任。
FOLLOWME 交易社区网址: www.followme.ceo
加载失败()