
IDXChannel - BRI Danareksa Sekuritas menilai potensi larangan ekspor gas alam di Indonesia masih sebatas wacana dan kecil kemungkinan untuk direalisasikan dalam waktu dekat.
Dalam riset yang dirilis pada 5 Februari 2025, perusahaan sekuritas ini mempertahankan pandangan neutral terhadap sektor minyak dan gas (migas).

Wacana Larangan Ekspor Gas
Pada 20 Januari 2025, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyampaikan rencana penghentian sementara ekspor gas alam untuk mengamankan pasokan domestik, terutama di tengah meningkatnya konsumsi yang diproyeksikan mencapai 1.471 TBTU pada 2025 dan 2.659 TBTU pada 2034.
Selain itu, PT PLN (Persero) sempat mengkhawatirkan potensi kelangkaan pasokan LNG pada kuartal pertama 2025.

Namun, kekhawatiran tersebut mereda setelah PLN membeli kargo LNG yang semula ditujukan untuk ekspor.
Meski demikian, pemerintah masih mempertimbangkan kebijakan larangan ekspor gas di masa depan, dengan catatan bahwa kontrak jangka panjang yang sudah ada tetap harus dipenuhi.

Eksportir Gas Indonesia
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ada empat pelabuhan utama yang mengekspor LNG, yakni Badak LNG (Bontang), Lapangan Gas Tangguh (Bintuni), Donggi Senoro (Luwuk), dan Simenggaris (Tarakan). PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) memiliki kepemilikan di Senoro (30 persen) dan Simenggaris (62,5 persen).
Sementara itu, ekspor gas melalui pipa dilakukan dari Blok Koridor ke Batam dan Blok Natuna ke Kepulauan Riau, di mana MEDC memiliki kepemilikan masing-masing 46 persen dan 40 persen.
Dampak Terhadap Kebijakan Energi Nasional
Dalam Peraturan Presiden No. 22 Tahun 2017 tentang Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), pemerintah menargetkan pengurangan ekspor gas sebesar 20 persen dari tingkat 2016 dan menghapuskan ekspor sepenuhnya pada 2036.
Data Kementerian ESDM menunjukkan, ekspor gas Indonesia telah turun dari 2.860 BBTUD pada 2016 menjadi 1.905 BBTUD pada 2024, atau berkurang 33,4 persen dalam sembilan tahun terakhir. Di sisi lain, produksi gas juga mengalami penurunan dari 6.856 BBTUD menjadi 5.786 BBTUD di periode yang sama, turun 15,6 persen.
Namun, konsumsi domestik mengalami peningkatan dari 58 persen pada 2016 menjadi 67 persen pada 2024, menunjukkan kemajuan menuju target pemerintah.
Mengingat larangan ekspor gas baru akan berlaku pada 2036 dan kontrak ekspor MEDC masih berlangsung hingga 2028-2030, perusahaan ini diperkirakan tidak terdampak dalam waktu dekat.
Saham Pilihan
BRI Danareksa mempertahankan rekomendasi netral untuk sektor minyak dan gas, dengan urutan preferensi saham PT Wintermar Offshore Marine Tbk (WINS) (beli/buy, dengan target harga/TP Rp610) dan MEDC (buy, TP Rp1.400).
WINS berpotensi mendapat keuntungan dari tarif sewa kapal yang tetap tinggi dan peningkatan utilisasi akibat meningkatnya eksplorasi migas.
Sementara itu, MEDC menghadapi stagnasi produksi di tengah pelemahan harga minyak serta kontribusi yang lebih rendah dari PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) akibat transisi ke fase 8 pertambangan dan pembangunan smelter, yang dapat menekan laba untuk tahun fiskal 2025. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.
作者:05/02/2025 16:50 WIB,文章来源Idxchannel,版权归原作者所有,如有侵权请联系本人删除。
风险提示:以上内容仅代表作者或嘉宾的观点,不代表 FOLLOWME 的任何观点及立场,且不代表 FOLLOWME 同意其说法或描述,也不构成任何投资建议。对于访问者根据 FOLLOWME 社区提供的信息所做出的一切行为,除非另有明确的书面承诺文件,否则本社区不承担任何形式的责任。
FOLLOWME 交易社区网址: www.followme.ceo
加载失败()