Uncertainty Become Certainty: Mengintip Sinyal Optimisme Pasar Modal Tahun 2025

avatar
· 阅读量 38

Pasardana.id – Kendati kondisi uncertainty (ketidakpastian-Red) masih terlihat di awal tahun 2025, sinyal optimisme masih ada karena di Q3 dan Q4 kondisi perekonomian Indonesia diprediksi akan kembali bangkit.

Demikian disampaikan Yekti Dewanti selaku Head of Investment BNI Asset Management dalam keterangan tertulis yang diterima Pasardana.id, baru-baru ini.

“Kondisi uncertainty pasar di tahun 2025 ini belum sirna, namun kembali terpilihnya Donald Trump dengan berbagai gebrakannya mampu men-drive optimisme pasar akan perubahan kondisi ekonomi Amerika menjadi lebih baik, yang akan berdampak pula pada ekonomi dunia termasuk Indonesia,” ujar Yekti.

Ditambahkan, kembali terpilihnya Donald Trump memang membuat pasar saham maupun obligasi lebih bergejolak  ditengah berbagai spekulasi perihal dampak perang dagang yang akan terjadi antara Amerika dengan 3 negara yaitu China, Kanada, & Meksiko.

Dampak Bagi Indonesia

Bagi Indonesia, dampak dari uncertainty terbagi menjadi jangka pendek dan jangka menengah-panjang.  

“Kalau yield US treasury masih tinggi, berarti level pasar obligasi Surat Utang Negara (SUN) Republik Indonesia juga masih tinggi. Makanya sekarang gerakannya tetap bertahan di level 6,9% hingga 7% untuk tenor 10 tahun,” rincinya.

Dengan catatan, lanjutnya, jika tahun lalu (Desember 2024) kita punya surat utang negara (SUN) untuk tenor 10 tahun hanya sekitar 6,48%.

Di sisi lain, Uncertainty global muncul dari rilis beberapa data indikator ekonomi Amerika yang cenderung menunjukkan penurunan dari sisi inflasi maupun core inflation.

Kekhawatiran pasar pada kemungkinan terjadinya perang dagang dengan skala luas mengakibatkan kenaikan inflasi di Amerika dalam 3 bulan berturut-turut.

Munculnya uncertainty ditambah kenaikan tarif yang terjadi dikhawatirkan bisa mengakibatkan ekonomi Indonesia melambat karena Indonesia memiliki ekspor-impor yang cukup besar dengan China sebagai partner dagang utama yaitu ekspor komoditas sebesar 18%-20% dan foreign direct investment ke Indonesia cukup masif dalam 2-3 tahun terakhir.

“Kurang lebih setiap 1% perlambatan ekonomi di China itu akan mempengaruhi sekitar 11 bps hingga 17 bps perlambatan ekonomi di Indonesia,” beber Yekti.

Proyeksi Surat Utang Indonesia

Pergerakan surat utang Indonesia dari sisi yield sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik pergerakan level US treasury, nilai tukar Rupiah terhadap dollar, Credit Default Swap (CDS), dan juga dari sisi suku bunga di dalam negeri.

Anomali terjadi ketika The Fed melakukan penurunan suku bunga (cut-rate) yang secara akumulasi di tahun 2024 kemarin mencapai 100 bps.

“Jika kita melihat pada tahun 2024 lalu di Q1 & Q2 pergerakan yield masih pada level seperti sekarang di sekitar 6,7% hingga 6,9%,” ungkap Yekti.

Di sisi lain, melemahnya rupiah dipengaruhi oleh indeks dolar yang menguat ke level 107-108.

Diharapkan Q3 ke Q4 tahun 2025 tekanan-tekanan risiko sudah mulai merendah, hal yang awalnya bersifat uncertaint menjadi lebih certain; baik dari sisi tarif impor perang dagang, geopolitical risk, dan lainnya.

Proyeksi Pasar Saham dan Obligasi

Sementara itu, pasar saham Indonesia relatif sejalan dengan pasar obligasi karena kelas aset Indonesia dilihat oleh investor asing sebagai kelas aset emerging market.

“Setelah Trump dilantik, uncertainty- masih cukup tinggi di pasar saham, walaupun sebenarnya valausi di pasar saham sudah menarik. Pada Q1 2025 pergerakan dan alokasinya lebih defensif sambil berangsur melihat kondisi risiko sudah lebih clarify sehingga momentum untuk akumulasi secara bertahap yang dilakukan gradually,” bebernya lagi.

Selanjutnya disampaikan, reksa dana saham IDX BNI High Dividend 20 bisa jadi pilihan investasi saham yang lebih konservatif, karena ada buffer dari dividend yield diatas rata-rata.

Positioning Indonesia di pasar obligasi masih cukup kuat karena kepemilikan asing di pasar obligasi yang cukup rendah di kisaran 14,5% (dengan catatan lima tahun terakhir kepemilikan obligasi di Indonesia sempat mencapai 30%).

Real yield saat ini menarik karena inflasi rendah Ketika risiko sudah lebih rendah, maka ketika inflow asing masuk pasti yield dengan cepat akan menurun.

Pada awal tahun reksa dana dengan portfolio obligasi durasi pendek seperti BNI Short Duration Bonds Indeks memiliki kinerja yang terbaik karena capital gain akibat penurunan yield di obligasi pemerintah jangka pendek.

Optimisme Pasar Modal Indonesia 2025

Pasar saham Indonesia maupun fondasi ekonomi sektor real di Indonesia masih sangat menarik.

Yekti sempat bertemu beberapa investor dari berbagai negara yang masih sangat tertarik dengan Indonesia karena income ekonomi domestik di Indonesia dengan 270 juta warga dan middle-class-income masih cukup meningkat.

Dengan kondisi ini, berarti internal domestic consumption-nya berputar sendiri menjadi roda perekonomian Indonesia.

“Faktor kedua adalah akan ada banyak event yang akan terjadi di Q1 dan Q2  seperti kenaikan upah minimum provinsi sebesar 6,5%, hari raya Idul Fitri, melimpahnya resources Indonesia di sektor agrikultur maupun pertambangan. Semua diperkuat dengan arah pemerintah baru yang masih akan meneruskan hilirisasi industri sehingga tentunya bisa memberi value added pada ekspor dan impor Indonesia,” ungkap Yekti dengan penuh optimis.

“Dua faktor tersebut, diprediksi akan menjadi penopang Indonesia untuk mempunyai economic growth yang terus tumbuh, termasuk laba dari emiten yang ada di bursa, dengan harapan di 2025 untuk sektor di pasar saham bertumbuh 8,5% hingga 9%,” tandas Yekti.

风险提示:以上内容仅代表作者或嘉宾的观点,不代表 FOLLOWME 的任何观点及立场,且不代表 FOLLOWME 同意其说法或描述,也不构成任何投资建议。对于访问者根据 FOLLOWME 社区提供的信息所做出的一切行为,除非另有明确的书面承诺文件,否则本社区不承担任何形式的责任。

FOLLOWME 交易社区网址: www.followme.ceo

喜欢的话,赞赏支持一下
avatar
回复 0

加载失败()

  • tradingContest